Thursday, June 7, 2007
Musik Dalam Timbangan Islam
Bagi setiap orang Islam dia akan berhati-hati dam hidupnya. Dia akan melihat bagaimana Al Qur’an dan As Sunnah menghukumi suatu perbuatan ataupun benda tertentu, apakah halal atau haram. Disebut Muslim adalah karena patuh dan tunduk menyerahkan diri hanya kepada Allah. Dan sekiranya satu ayat saja dari ayat-ayat Al Qur’an ditolak maka dia telah keluar dari Islam. Laahaulawalakuwataillabillah
Oleh karena itu aku ingin menghadirkan kepada saudar-saudariku tercinta sebuah ulasan yang senantiasa aktual di zaman kita ini, zaman ketika Islam telah asing. ”Bada’al Islamu ghoriban, wasaya’udu ghoriban, kama bada’a., fatuuba lil ghuraba’”.
Allah Ta'ala berfirman: "Dan di antara manusia (ada) yang mempergunakan lahwul hadits untuk menyesatkan (manusia) dari jalan Allah tanpa pengetahuan dan menjadikan jalan Allah itu bahan olok-olokan." (Luqman: 6)
Para mufassir berkomentar, yang dimaksud dengan lahwul hadits dalam ayat tersebut adalah nyanyian. Hasan Al Basri rahimahullah berkata, ayat itu turun dalam masalah musik dan lagu. Ketika Allah berfirman kepada setan (yang didokumentasikan di dalam Al Qur’an):
"Dan hasunglah siapa yang kamu sanggupi di antara mereka dengan suaramu." Maksudnya dengan lagu dan musik.
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam telah bersabda:
"Kelak akan ada dari umatku beberapa kaum yang menghalalkan zina, sutera (bagi lelaki), minuman keras dan musik." (HR. Bukhari dan Abu Daud, Shahih)
Adapun yang dimaksud dengan musik di sini adalah segala sesuatu yang menghasilkan bunyi dan suara yang indah serta menyenangkan. Seperti kecapi, gendang, seruling, serta berbagai alat musik modern yang kini sangat banyak dan beragam. Bahkan termasuk di dalamnya jaros (lonceng, bel, klentengan).
"Lonceng adalah nyanyian setan." (HR. Muslim)
Padahal di masa dahulu mereka hanya mengalungkan klentengan pada leher binatang. Hadits di atas menunjukkan betapa dibencinya suara lonceng tersebut. Penggunaan lonceng juga ber-arti menyerupai orang-orang nasrani, lonceng bagi mereka merupakan suatu yang prinsip dalam aktivitas gereja.
Imam Syafi'i rahimahullah dalam kitabnya Al Qadha' berkata: "Nyanyian adalah kesia-siaan yang dibenci, bahkan menyerupai perkara batil. Barangsiapa memperba-nyak nyanyian maka dia adalah orang dungu, kesaksiannya tidak dapat diterima.”
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment